Panu, Ada sebab ada akibat!!

BACK
Suatu permasalahan pastinya ada penyebabnya, begitu juga dengan penyakit panu, mungkin sebagian orang justru tidak mengetahui penyebabnya. dipicu oleh virus Pityrosporum ovale atau sekarang ini lebih familiar dengan jamur Malassezia furfur. Tumbuh kembangnya virus ini pada folikel rambut dan keratin kulit pada saat masa puber dan setelah puber. Kulit yang tak nyaman saat berada di tempat yang suhunya panas dan lembab merupakan salah satu pemicu penyebab panu. Pada tempat dengan kondisi suhu lembab yang membuat jamur lebih agresif untuk berkembang biak sehingga memicu timbulnya panu pada kulit. Lemak di permukaan kulit penting untuk kelangsungan hidup M furfur pada kulit manusia normal, namun M furfur mungkin sedikit berperan pada perkembangan (pathogenesis) panu.

Faktor kausatif yang juga signifikan adalah sistem imun penderita. Meskipun sensitization melawan antigen M furfur biasa terlihat pada populasi umum (sebagaimana dibuktikan oleh studi/riset transformasi limfosit), fungsi limfosit pada stimulasi organisme terbukti lemah (impaired) pada penderita yang terserang panu. Hasil (outcome) ini sama dengan situasi sensitization dengan Candida albicans. Singkatnya, kekebalan tubuh yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immunity) berperan pada penyebab (timbulnya) penyakit. Panu juga disebabkan oleh organisme lipofilik dimorfik, Malassezia furfur, yang hanya dapat dikultur pada media yang diperkaya dengan asam lemak berukuran C12- sampai C14. Malassezia furfur atau yang juga dikenal dengan nama singkat M furfur, merupakan salah satu anggota dari flora kulit manusia normal (normal human cutaneous flora) dan ditemukan pada bayi (infant) sebesar 18% sedangkan pada orang dewasa mencapai 90-100%. Pityrosporon orbiculare, Pityrosporon ovale, dan Malassezia ovalis merupakan nama lain (sinonim) dari Malassezia furfur. Sebelas spesies M furfur telah teridentifikasi, dan Malassezia globosa merupakan salah satu organisme yang biasa ditemukan pada penderita panu. Organisme ini dapat ditemukan pada kulit yang sehat dan pada area kulit yang terkena penyakit kulit (cutaneous disease). Pada penderita dengan penyakit klinis, organisme ini ditemukan baik pada tingkat spora/ragi (yeast/spore stage) dan bentuk filamentosa (hyphal).

Sebagian besar kasus panu dialami oleh orang yang sehat tanpa disertai penurunan sistem kekebalan tubuh (immunologic deficiencies). Meskipun demikian, beberapa faktor dapat memengaruhi beberapa orang terkena panu sekaligus memicu berubahnya bentuk (conversion) dari ragi saprofit (saprophytic yeast) menjadi bentuk morfologis miselium, parasitik. Faktor-faktor tersebut diantaranya seperti : 1) Kecenderungan (predisposition) genetic. 2) Lingkungan yang lembab, hangat. 3) Immunosuppression. 4) Malnutrition. 5)Cushing disease.