Suatu permasalahan pastinya ada
penyebabnya, begitu juga dengan penyakit panu, mungkin sebagian orang justru
tidak mengetahui penyebabnya. dipicu oleh virus Pityrosporum
ovale atau sekarang ini lebih familiar dengan jamur Malassezia furfur. Tumbuh
kembangnya virus ini pada folikel rambut dan keratin kulit pada saat masa puber
dan setelah puber. Kulit yang tak nyaman saat berada di tempat yang
suhunya panas dan lembab merupakan salah satu pemicu penyebab panu. Pada tempat dengan kondisi suhu lembab yang
membuat jamur lebih agresif untuk berkembang biak sehingga memicu timbulnya
panu pada kulit. Lemak di permukaan kulit penting untuk kelangsungan
hidup M furfur pada
kulit manusia normal, namun M furfur mungkin
sedikit berperan pada perkembangan (pathogenesis) panu.
Faktor kausatif yang
juga signifikan adalah sistem imun penderita. Meskipun sensitization melawan antigen M furfur biasa terlihat pada populasi umum
(sebagaimana dibuktikan oleh studi/riset transformasi limfosit), fungsi
limfosit pada stimulasi organisme terbukti lemah (impaired) pada penderita yang terserang panu. Hasil (outcome) ini sama dengan situasi sensitization dengan Candida albicans. Singkatnya, kekebalan tubuh yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immunity) berperan pada
penyebab (timbulnya) penyakit. Panu juga disebabkan oleh organisme
lipofilik dimorfik, Malassezia furfur, yang hanya dapat dikultur pada media yang
diperkaya dengan asam lemak berukuran C12- sampai C14. Malassezia furfur atau yang juga dikenal dengan
nama singkat M furfur, merupakan salah satu anggota dari flora kulit
manusia normal (normal human cutaneous flora) dan
ditemukan pada bayi (infant) sebesar 18%
sedangkan pada orang dewasa mencapai 90-100%. Pityrosporon orbiculare, Pityrosporon
ovale, dan Malassezia ovalis merupakan nama lain (sinonim) dari Malassezia
furfur. Sebelas spesies M furfur telah teridentifikasi, dan Malassezia
globosa merupakan salah satu organisme yang biasa ditemukan pada penderita
panu. Organisme ini dapat ditemukan pada kulit yang sehat dan pada area kulit
yang terkena penyakit kulit (cutaneous disease). Pada penderita dengan penyakit
klinis, organisme ini ditemukan baik pada tingkat spora/ragi (yeast/spore stage)
dan bentuk filamentosa (hyphal).
Sebagian besar kasus
panu dialami oleh orang yang sehat tanpa disertai penurunan sistem kekebalan
tubuh (immunologic deficiencies).
Meskipun demikian, beberapa faktor dapat memengaruhi beberapa orang terkena
panu sekaligus memicu berubahnya bentuk (conversion) dari ragi saprofit (saprophytic yeast) menjadi bentuk morfologis miselium, parasitik. Faktor-faktor
tersebut diantaranya seperti : 1) Kecenderungan (predisposition) genetic. 2) Lingkungan yang lembab, hangat. 3) Immunosuppression. 4) Malnutrition.
5)Cushing disease.